Social Icons

facebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Minggu, 13 Februari 2011

Mesir pindah Tangan

KAIRO (Berita SuaraMedia) – Dalam pengumuman singkatnya, Jumat (11/2), Wakil Presiden Omar Suleiman mengatakan bahwa Hosni Mubarak telah "meletakkan jabatan presiden" dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Jenderal Mohammed Tantawi. Meski sudah dilakukan transisi kekuasaan, perlu diingat bahwa Mubarak, Suleiman, serta Perdana Menteri Ahmad Shafiq adalah mantan orang-orang militer. Para analis meyakini bahwa meski sudah terjadi transisi, Mubarak tetap akan memegang kekuasaan.
Transisi itu berarti bahwa Mesir, yang berada dalam keadaan gawat darurat untuk 30 tahun terakhir, masih akan terus dikuasai oleh militer.
Alih kekuasaan kepada militer itu terjadi setelah selama 18 hari terakhir rakyat Mesir mendesak Mubarak mengundurkan diri dan didirikan pemerintahan yang demokratis.
Seiring diumumkannya peralihan kekuasaan, rakyat Mesir turun ke jalanan untuk merayakan mundurnya diktator berusia 82 tahun itu.
Sementara itu, partai oposisi utama, Ikhwanul Muslimin, mendesak militer agar segera menyerahkan kekuasaan Mesir kepada pemerintahan yang dipimpin sipil.
Mereka juga menyerukan perumusan konstitusi yang menjamin kebebasan dan hak asasi manusia.
Sebelumnya pada hari Jumat, orang-orang Mubarak menembaki para demonstran di Mesir. Tindakan itu tidak diperkurakan sebelumnya dalam beberapa hari terakhir.
Penembakan di El-Kharga tersebut terjadi saat para pengunjuk rasa mengambil alih sejumlah gedung milik pemerintahan di kota-kota besar di seluruh Mesir pada hari Jumat.
Terakhir kali peluru tajam dipergunakan terhadap pengunjuk rasa adalah hari Rabu lalu, penembakan itu menewaskan enam orang demonstran dan melukai ratusan lainnya, sebagian di antaranya kritis.
Sejumlah laporan menyebutkan bahwa para pengunjuk rasa juga terlibat  bentrok dengan aparat keamanan dan menyerang kantor polisi di El-Arish. Sekitar 1.000 orang pengunjuk rasa menyerang kantor polisi di El-Arish untuk membebaskan para tahanan politik yang ditahan oleh rezim Mubarak karena menentang sang diktator.
Lebih dari 20.000 warga Mesir berbaris menuju Dewan Kota di kota pelabuhan tersebut.
Jutaan pengunjuk rasa di berbagai kota di Mesir mendesak Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri.
Sejumlah besar warga Mesir mengepung Istana Kepresidenan dan gedung radio dan televisi pemerintah di Kairo saat rezim Mubarak mengirimkan para pendukungnya untuk menyerang para demonstran. Militer Mesir mencegah pada pengunjuk rasa agar tidak memasuki gedung-gedung tersebut.
Menurut keterangan seorang koresponden Press TV, para pengawal pemerintah diterjunkan di sekeliling istana sementara di atas istana ditempatkan sejumlah penembak jitu.
Langkah itu diambil setelah para pengunjuk rasa mulai berkerumun di luar istana setelah sholat Jumat.
Arak-arakan pengunjuk rasa kemudian menujuk ke Kedutaan AS yang mendapat pengamanan ketat. Anggota keluarga dari para diplomat AS sudah dievakuasi dari Kairo.
Selain di Kairo, Alexandria dan kota pelabuhan Suez juga menjadi lokasi unjuk rasa besar sejak unjuk rasa diawali 18 hari lalu.
Suez juga menjadi tempat terjadinya bentrokan paling keras dalam kurun waktu yang sama. Polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Lebih dari satu juta pengunjuk rasa prodemokrasi turun ke jalanan di Alexandria. Unjuk rasa juga terjadi di Mansura, Port Said, dan Beni Suef. Sekitar 10.000 orang turun ke jalan di Ismailia. (dn/pv) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar: